Top-Down Itu Masalah, Bukan Solusi Demokrasi

Hari ini, demokrasi di Indonesia tampak berjalan, tapi sesungguhnya kehilangan makna. Rakyat masih memilih pemimpin lima tahun sekali, tapi setelah itu, suara mereka tenggelam. Kenapa bisa begitu? Karena sistem politik kita masih kuat dipengaruhi oleh pola pikir top-down dan sentralistik—dua wajah yang sesungguhnya bertentangan dengan demokrasi.
Kalau semua keputusan hanya datang dari atas, dari elit partai, dari pusat kekuasaan, lalu di mana ruang rakyat untuk menyampaikan suara? Demokrasi sejati tidak bisa tumbuh dari atas ke bawah. Ia hanya bisa hidup jika tumbuh dari bawah ke atas—bottom-up.
Top Down = Anti Demokrasi
Apa yang terjadi ketika partai-partai politik hanya jadi perpanjangan tangan kekuasaan? Ketika DPP menentukan semuanya, dari calon kepala daerah hingga siapa yang duduk di DPR? Maka yang muncul bukan lagi suara rakyat, tapi suara tuan-tuan politik. Semua serba seragam, semua patuh pada satu arah. Inilah yang membuat demokrasi kita mandek dan rakyat kehilangan harapan.
Kita butuh partai yang menolak arus itu. Gema Bangsa hadir bukan untuk menambah deret partai lama yang hanya sibuk melayani elitnya. Kami hadir untuk membalik arah. Menolak pola sentralistik. Menumbuhkan kepemimpinan dari bawah. Mendorong kader tumbuh dari proses, bukan dari koneksi.
Demokrasi Itu Soal Kepercayaan, Bukan Komando
Selama ini rakyat hanya dijadikan alat. Sumbang suara, lalu ditinggal. Akibatnya, kepercayaan terhadap partai dan parlemen makin anjlok. Ironisnya, kita malah terus menjalankan sistem yang justru melanggengkan ketimpangan. Pemimpin dipilih, tapi arah kebijakan tetap ditentukan elite pusat.
Gema Bangsa membangun struktur partai yang desentralistik. Di mana DPD, DPW, dan DPC punya peran nyata. Calon legislatif atau kepala daerah bukan dipilih karena kedekatan dengan elite, tapi karena kapasitas, rekam jejak, dan keterlibatannya bersama masyarakat.
Kembali ke Rakyat, Kembali ke Akal Sehat
Di podcast bersama Joko Kanigoro, saya tegaskan: rakyat tidak butuh janji. Mereka butuh partai yang mau mendengarkan, membangun kader dari bawah, dan menjadikan keputusan partai sebagai hasil musyawarah, bukan titah sepihak.
Ketika Gema Bangsa bicara soal “bottom-up”, itu bukan sekadar istilah. Itu filosofi dasar kami. Karena partai politik yang sehat tidak dibentuk dari atas, tapi dirajut dari suara warga, komunitas, dan kader-kader akar rumput.
Saatnya Berpihak
Negara ini terlalu besar untuk dikuasai oleh segelintir orang. Terlalu beragam untuk diseragamkan. Sudah saatnya kita mengatakan dengan tegas: top-down dan sentralistik bukan jalan demokrasi. Itu jalan lama yang harus ditinggalkan.
Gema Bangsa berdiri sebagai gerakan baru yang menolak sentralisme. Kami percaya, hanya dengan menumbuhkan kekuatan dari bawah, demokrasi bisa kembali bermakna. Dan Indonesia bisa kembali dijalankan oleh mereka yang benar-benar mewakili rakyatnya.