Analisis Harun Husein: Pilkada DKI Sebagai Kuburan Bagi Lembaga Survei, Potensi Kembali Terulang di Pilpres 2024?
Pada sorotan kali ini, kita akan merenungkan perjalanan politik yang telah memberikan dampak mendalam terhadap kredibilitas lembaga survei di Indonesia. Pada Pilkada DKI Jakarta, lembaga-lembaga survei mendapati diri mereka terbenam dalam kuburan prediksi yang salah, suatu peristiwa yang menimbulkan ketidakpercayaan publik dan menggugat esensi dari fungsi lembaga survei itu sendiri.
Pada masa Pilkada DKI Jakarta, para pelaku politik dan masyarakat umumnya menyadari pentingnya peran lembaga survei dalam membaca dinamika pemilihan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Prediksi lembaga survei seolah menjadi sebuah misteri tak terpecahkan, dan hasil pemilihan memperlihatkan ketidakakuratan yang mencolok.
Sejak itu, Pilkada DKI Jakarta menjadi lambang kesalahan prediksi secara masif oleh lembaga survei ternama. Dalam dua peristiwa pemilihan terakhir, para pengamat politik menemukan bahwa hampir tidak ada lembaga survei yang berhasil memprediksi dengan tepat pemenangnya. Baik pada Pilkada 2012 maupun Pilkada 2017, pola ini menjadi semacam kutukan bagi para pollster yang mendambakan akurasi.
Potensi terulangnya kegagalan prediksi ini muncul kembali menjelang Pilpres 2024. Beberapa lembaga survei terkemuka telah memberikan pernyataan kontroversial, khususnya terkait dengan Prabowo Gibran. Harun Husein mencoba membongkar pola yang mungkin menjadi deja vu dari Pilkada DKI, di mana prediksi satu putaran menjadi sorotan utama.
Dalam analisisnya, Harun Husein memberikan catatan kritis terhadap kredibilitas lembaga survei yang memberikan prediksi menang satu putaran. Mengapa pola yang sama diulang? Apakah ada pembelajaran dari kegagalan sebelumnya? Apakah masyarakat seharusnya mempercayai klaim baru ini?
Analisis ini tidak hanya memberikan sorotan pada kegagalan lembaga survei, tetapi juga menegaskan pentingnya akurasi prediksi dalam menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat dalam proses pemilihan. Seiring dengan mendekatnya Pilpres 2024, pertanyaan-pertanyaan kritis ini semakin mendesak dan menuntut kejelasan dari lembaga survei terkait.
Sebagai pembaca, kita diajak untuk merenung dan mempertanyakan apakah deja vu Pilkada DKI Jakarta akan kembali memainkan peran di panggung politik nasional, atau apakah lembaga survei dapat memperbaiki catatan mereka dan menghadirkan prediksi yang lebih akurat. Sebuah analisis yang mengajak kita untuk lebih bijak dalam membaca dan menilai setiap prediksi politik yang disajikan oleh lembaga survei.