Siti Hartinah Soeharto: Pendamping Setia dan Sosok Pemersatu Keluarga

Siti Hartinah, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Bu Tien Soeharto, adalah sosok Ibu Negara yang mendampingi Presiden Soeharto selama 32 tahun. Perannya bukan hanya sebagai istri seorang pemimpin negara, tetapi juga sebagai sosok ibu yang penuh kasih sayang, pilar keluarga, serta pelopor berbagai kegiatan sosial yang hingga kini masih dikenang.
Lahir di Surakarta pada 23 Agustus 1923, Bu Tien berasal dari keluarga ningrat Mangkunegaran. Didikan lingkungan keraton yang penuh tata krama dan kedisiplinan membentuk karakternya sebagai pribadi yang anggun, tegas, dan penuh tanggung jawab. Saat menikah dengan Soeharto pada tahun 1947, ia menerima tugas besar sebagai pendamping hidup seorang prajurit yang kelak memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade.
Sebagai Ibu Negara, Bu Tien tidak hanya berperan di balik layar, tetapi juga aktif dalam berbagai program sosial dan kebudayaan. Salah satu warisan terbesar yang ia tinggalkan adalah Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang menjadi simbol kekayaan budaya Nusantara. Dengan semangatnya yang tinggi, ia ingin memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia kepada seluruh masyarakat, agar setiap generasi tetap bangga akan akar budayanya.
Meski berada di sisi pemimpin negara, Bu Tien dikenal sebagai sosok yang sederhana dan penuh perhatian kepada keluarga. Dalam berbagai kesempatan, putrinya, Siti Hardiyanti Rukmana (Mb Tutut), mengenang bagaimana ibunya selalu menyempatkan waktu untuk memasak sendiri bagi anak-anaknya saat liburan. Masakan favorit Soeharto, seperti sayur tempe dan sambal bawang, selalu dibuat langsung oleh Bu Tien dengan penuh cinta.
Bu Tien juga dikenal sebagai sosok yang tegas dalam mendidik anak-anaknya. Jika mereka melakukan kesalahan, ia tak segan menegur secara langsung. Namun, setelah marah, suasana kembali mencair dengan kehangatan seorang ibu yang tak pernah berubah. Hal ini mencerminkan keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang dalam mendidik keluarga.
Kesetiaannya kepada Soeharto tidak pernah goyah. Sepanjang hidupnya, Bu Tien selalu menemani suaminya dalam suka maupun duka. Ia tidak pernah berjalan sendiri, tidak pernah berbelanja sendiri, dan selalu ada di samping Soeharto dalam setiap perjalanan dinas ke berbagai daerah. Bagi Bu Tien, kebersamaan adalah kunci utama dalam menjaga keharmonisan keluarga.
Di luar perannya sebagai ibu dan istri, ia memiliki prinsip kuat bahwa setiap individu harus memberikan kontribusi, sekecil apa pun, bagi bangsa dan negara. Pesannya kepada anak-anaknya selalu sama: “Walaupun hanya setitik yang bisa kamu sumbangkan pada bangsa ini, jadikanlah yang setitik itu sebagai bagian dari pembangunan negara.”
Pada 28 April 1996, Bu Tien mengembuskan napas terakhirnya di Jakarta. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat Indonesia. Namun, warisan kebaikan dan dedikasinya dalam membangun bangsa tetap hidup dalam ingatan. Sosoknya tidak hanya dikenang sebagai istri seorang presiden, tetapi juga sebagai Ibu Bangsa yang telah memberikan banyak arti bagi Indonesia.