Jejak Pertemuan yang Tak Terlupakan
Dili, 11 April 2011 – Sore itu, udara Dili hangat. Di balik kesibukan seorang jenderal yang jadwalnya padat, terselip sebuah momen langka. Ahsanta Web akhirnya berjumpa langsung dengan Mayjen Taur Matan Ruak, Komandan F-FDTL kala itu.
Pertemuan itu mungkin tak akan pernah terjadi tanpa tangan dingin Jobelo, seorang jurnalis senior yang akrab dan bersahaja. Dengan bijak ia berpesan sebelum pertemuan dimulai:
“Bro, jangan lama-lama. Jenderal ini waktunya sangat terbatas.”
Namun, perkiraan itu meleset. Obrolan justru mengalir begitu hangat, hingga hampir satu jam terasa hanya sekejap.
Persaudaraan yang Menyeberangi Batas
Dengan nada penuh keramahan, Taur Matan Ruak mengenang hubungan baik Timor-Leste dengan Indonesia pasca kemerdekaan.
“Ketika saya berkunjung ke Indonesia, saya jarang membawa pengawal. Saya percaya, saya akan disambut seperti keluarga.”
Kalimat sederhana itu menyimpan pesan besar: luka sejarah bisa sembuh, jika kepercayaan ditanamkan dengan tulus.
Keberanian di Tengah Rasa Takut
Saat ditanya bagaimana rasanya berhadapan langsung dengan TNI di hutan, jawabannya jujur sekaligus menggugah.
“Sebagai manusia biasa, tentu kami juga takut. Tapi semangat meraih kemerdekaan, dan pengalaman panjang menghadapi TNI, membuat kami berani. Saya yakin, Anda pun akan menemukan keberanian yang sama bila berada dalam situasi itu.”
Rasa takut bukan lenyap, melainkan ditaklukkan oleh keyakinan. Itulah yang membuat perjuangan mereka bertahan.
Politik dan Tanggung Jawab
Sebelum berpisah, sang jenderal memberi pesan yang masih relevan hingga kini:
“Jika Anda orang baik, masuklah ke politik agar bisa menolong masyarakat. Jika tidak, politik akan diisi orang yang tidak bertanggung jawab, dan rakyatlah yang menanggung akibatnya.”
Itu bukan sekadar nasihat, melainkan peringatan—politik terlalu penting untuk ditinggalkan kepada mereka yang hanya mencari keuntungan.
Sebuah Undangan yang Tulus
Pertemuan ditutup dengan senyum, foto bersama, dan undangan sederhana:
“Pintu kami selalu terbuka untuk Anda.”
Sebuah kalimat yang menggambarkan kerendahan hati seorang pemimpin besar.
Dari Jenderal ke Perdana Menteri
Tujuh tahun berselang, Januari 2018, sejarah mencatat langkah baru Taur Matan Ruak. Ia dilantik sebagai Perdana Menteri Timor-Leste.
Dengan karisma dan tekad, ia memimpin pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ia juga mengokohkan hubungan Timor-Leste dengan negara-negara tetangga di Asia dan Pasifik.
Dedikasinya menegaskan: kepemimpinan sejati bukan hanya tentang kemenangan di medan perang, tetapi juga tentang membangun masa depan rakyat dengan visi dan hati.
Catatan Penulis: Pertemuan bersejarah ini terjadi pada 2011, sebelum Taur Matan Ruak menjabat Perdana Menteri (2018–2023).
Bagi rekan-rekan yang ingin mendengar kisah lengkapnya, silakan menghubungi Ahsanta Web.