Ahsanta Web

Ahsanta WEb

Membangun Masa Depan Digital Anda Bersama Kami

Gede Sandra: Hilirisasi Tambang Harus Beri 50% untuk Indonesia, Bukan Cuma Remah 10%

Dari industri nikel, Indonesia cuma dapat sekitar 10% nilai tambah, sementara 90% sisanya lari ke luar negeri—terutama ke Cina. Kita rugi dua kali: secara ekonomi dan lingkungan. Smelternya dibangun di sini, tapi teknologinya murahan, energinya dari batu bara, dan hasil akhirnya tetap diproses di negara asal investor. Kalau begini terus, ini bukan hilirisasi, tapi pemiskinan terselubung yang dibungkus kata-kata indah
Gede Sandra
Ekonom

Jakarta — EdShareOn. Ekonom Gede Sandra, S.T., M.S.E., menyuarakan kritik tajam sekaligus harapan besar terhadap arah kebijakan hilirisasi tambang di Indonesia. Dalam podcast EdShareOn bersama Eddy Wijaya, Gede menyoroti fakta bahwa Indonesia selama ini hanya mendapat bagian kecil dari industri tambang, padahal sumber daya alamnya berasal dari negeri sendiri.

“Saat ini, dari bisnis nikel misalnya, kita cuma dapat sekitar 10% nilai tambah. Sementara 90%-nya lari ke luar negeri, terutama ke Cina,” ujar Gede dengan nada prihatin. Ia menilai kondisi ini sangat merugikan dan tidak adil bagi Indonesia.

Menurut Gede, momentum pemerintahan Presiden Prabowo Subianto seharusnya dijadikan kesempatan untuk melakukan perubahan besar dalam sistem pembagian hasil tambang. “Kita harus berani menuntut 50:50. Separuh untuk negara, separuh untuk investor. Itu baru adil,” tegasnya.

Belajar dari Freeport

Gede menjelaskan, sistem bagi hasil 50:50 bukan hal baru dan sudah pernah diterapkan di Freeport, perusahaan tambang emas dan tembaga di Papua. “Kalau Freeport bisa, kenapa perusahaan tambang lain enggak bisa? Termasuk tambang nikel, batu bara, dan lainnya,” katanya.

Ia menambahkan, jika sistem bagi hasil ini diterapkan secara merata, negara bisa mendapatkan tambahan pemasukan hingga Rp300 triliun setiap tahun. “Uang sebesar itu bisa digunakan untuk membiayai program besar, seperti pembangunan rumah rakyat, sekolah, hingga membangkitkan ekonomi desa,” ujarnya.

Kritik terhadap Hilirisasi yang Setengah Hati

Meski mendukung hilirisasi, Gede mengingatkan bahwa proses hilirisasi yang dijalankan saat ini belum benar-benar memberi manfaat besar bagi rakyat Indonesia. Banyak perusahaan asing yang membangun pabrik pemurnian (smelter) di Indonesia, tapi hanya untuk memproses bahan mentah secara awal, lalu sisanya tetap dikirim ke luar negeri untuk diolah menjadi produk jadi.

“Kalau seperti ini terus, nilai tambah tetap kabur. Kita cuma kebagian debu industri. Sementara polusi dan kerusakan lingkungan ditanggung sendiri,” jelasnya.

Ia juga menyinggung penggunaan energi batu bara yang berlebihan dalam proses pemurnian nikel. Menurutnya, ini bertolak belakang dengan semangat ramah lingkungan yang selama ini digaungkan lewat promosi mobil listrik.

“Mobilnya memang bebas emisi, tapi pabrik baterainya ngebul parah. Yang bersih di kota, yang rusak di desa. Ini harus dikoreksi,” ujarnya.

Solusi Konkret untuk Pemerintah

Dalam wawancara yang berlangsung di kantor mendiang Rizal Ramli—tokoh ekonomi yang juga menjadi guru Gede—ia menawarkan solusi konkret. Salah satunya, pemerintah harus membuat regulasi yang mewajibkan investor untuk memproses bahan tambang hingga menjadi produk jadi di dalam negeri.

“Kalau kita punya industri baterai di sini, industri mobil listrik di sini, nilai tambahnya akan jauh lebih besar. Lapangan kerja tercipta, pendapatan negara naik, dan ekonomi rakyat ikut bergerak,” jelasnya.

Selain itu, Gede juga menekankan pentingnya transparansi dalam kontrak tambang dan peninjauan ulang berbagai insentif seperti tax holiday yang terlalu menguntungkan investor asing.

Harapan di Era Prabowo

Sebagai ekonom yang pernah terlibat dalam tim perumus kebijakan di era pemerintahan sebelumnya, Gede berharap pemerintahan Prabowo benar-benar berpihak pada kepentingan nasional.

“Jangan hanya melanjutkan, tapi harus berani memperbaiki. Kalau tidak, kita akan terus jadi bangsa penyedia bahan mentah, bukan bangsa produsen bernilai tambah,” tutupnya.

Wawancara lengkap Gede Sandra dapat disimak di kanal YouTube EdShareOn: Eddy Sharing and Discussion. Sebuah obrolan yang tajam, jujur, dan penuh gagasan besar untuk masa depan ekonomi Indonesia.

https://ahsantaweb.com

Leave a Reply