Ahsanta Web

Ahsanta WEb

Membangun Masa Depan Digital Anda Bersama Kami

Melawan Apatisme: Gema Bangsa dan Harapan Baru Rakyat Terpinggirkan

Oleh Ahmad Rofiq, Ketua Umum Partai Gema Bangsa

Selama lebih dari dua dekade era reformasi, kita menyaksikan tumbuhnya demokrasi prosedural di negeri ini. Namun, dalam diam, harapan rakyat yang dahulu menggelora, kini perlahan meredup di balik kenyataan pahit: partai politik berubah menjadi kendaraan kekuasaan segelintir elite, bukan alat perjuangan rakyat.

Sebagai aktivis dan organisatoris yang telah berkiprah di berbagai partai besar, saya tidak sedang menuduh dari luar. Saya mengalami sendiri bagaimana sentralisme kekuasaan menutup ruang inisiatif kader di daerah, bagaimana politik mahar menjadi budaya, dan bagaimana kader yang berjuang dari nol justru tersingkir saat partai sudah besar.

 

Saat banyak rakyat merasa kecewa dan apatis terhadap partai, Gema Bangsa ingin menjadi suara yang menggema dari mereka yang terpinggirkan. Bukan sekadar partai baru, tapi rumah baru bagi harapan lama yang terlalu lama diabaikan."
Ahmad Rofiq
Ketua Umum Partai Gema Bangsa

Saya tahu rasanya ketika kader di daerah tidak punya kuasa untuk menentukan arah politiknya sendiri. Ketika seseorang ingin maju dalam Pilkada, bukan kapasitas atau integritas yang diuji, tetapi seberapa besar mahar yang mampu dibayar. Di situlah saya merasa: kita sedang memelihara sistem yang menjauhkan rakyat dari politik. Politik menjadi eksklusif, dan rakyat menjadi apatis.

Lahirnya Partai Gema Bangsa adalah bentuk perlawanan atas apatisme itu. Kami berdiri bukan untuk menjadi partai biasa yang ikut kontestasi lima tahunan, tapi sebagai gerakan politik rakyat. Kami tidak punya pemilik saham, tidak dikendalikan oleh oligarki, dan tidak menjual harapan dengan harga mahar.

Gema Bangsa adalah Gerakan Mandiri Bangsa. Kata “mandiri” bukan sekadar jargon, tapi prinsip dasar yang kami tegakkan dalam struktur, keuangan, hingga ideologi. Setiap pengurus di daerah kami beri otonomi penuh untuk menentukan calon kepala daerah. Pusat tidak menjadi pusat kekuasaan, melainkan pusat fasilitasi.

Kami membuat kontrak politik bermaterai dengan pengurus daerah untuk memastikan tidak ada mahar politik. Ini bukan janji kosong. Ini kontrak hitam di atas putih. Kami ingin menciptakan tradisi baru dalam politik: bahwa kepercayaan rakyat adalah kehormatan, bukan komoditas.

Kami tidak mengejar kemenangan instan. Kami membangun dari bawah, memperkuat struktur akar rumput, membina kader yang betul-betul siap menjadi pemimpin. Bagi kami, politik bukan industri kekuasaan, tapi jalan pengabdian.

Gema Bangsa tidak menjual figur. Kami tidak berdiri karena nama besar tokoh. Kami berdiri karena keyakinan bahwa rakyat di bawah butuh ruang, butuh pilihan, dan butuh perwakilan yang lahir dari mereka sendiri. Kami ingin menjadi partai yang tidak hanya berbicara tentang rakyat, tapi berbicara bersama rakyat.

Kami tahu, membangun partai tanpa pemodal besar adalah kerja berat. Tapi kami percaya pada kekuatan gotong royong. Partai ini dibiayai oleh kader-kadernya sendiri. Dengan tekad kolektif, kami telah membentuk kepengurusan di lebih dari 90% provinsi hanya dalam hitungan minggu. Ini bukan karena saya pribadi, tapi karena gagasan Gema Bangsa menyentuh kesadaran banyak orang yang telah lama diam.

Apakah ini cukup untuk melawan apatisme? Belum. Tapi ini adalah langkah awal yang penting. Kami tidak menjanjikan surga. Kami menawarkan perjuangan panjang untuk mengembalikan politik ke pangkuan rakyat.

Jika Anda kecewa dengan politik hari ini, maka GEMA BANGSA adalah tempat untuk memperbaikinya bersama.

https://ahsantaweb.com

Leave a Reply