300 Juta Alasan untuk Tetap di Sini: Mengapa Indonesia Lebih Menarik daripada Australia dan Italia (6)
Oleh Redaksi Ahsantaweb
Banyak orang bermimpi pindah ke negara maju demi karier dan kualitas hidup yang lebih baik. Tapi Chris, seorang komedian asal Italia, justru menolak tawaran untuk menetap di Australia—meskipun ia disambut dengan hangat dan dinilai sukses saat tampil di sana. Alasannya sederhana namun mencengangkan: “Kenapa saya harus pindah ke negara dengan 30 juta penduduk, kalau Indonesia punya 300 juta?”
Dari sisi pasar, Chris melihat Indonesia sebagai tempat dengan potensi luar biasa. Bukan hanya karena jumlah penduduknya yang besar, tetapi juga karena ia merasa unik dan berbeda di tengah keragaman budaya lokal. “Di sini, saya satu-satunya komedian internasional yang konsisten tampil di Indonesia. Di Australia, saya hanya akan jadi satu dari sekian banyak,” ujarnya.
Namun bukan cuma soal angka dan peluang. Chris jatuh cinta pada energi Indonesia—populasi yang muda, pasar yang tumbuh pesat, dan semangat hidup yang lebih hangat. Ia menyebut bahwa banyak negara Barat seperti Italia, Korea, atau Jepang sedang “sekarat” karena penuaan populasi dan stagnasi sosial. Sebaliknya, Indonesia tumbuh cepat dan penuh dinamika.
Secara pribadi, Chris juga merasa lebih bebas secara emosional dan spiritual di Indonesia. Ia menyebut Italia sebagai negara yang “membatasi” dirinya dengan norma-norma sosial yang kaku. Sementara di Indonesia, ia merasa bisa menjadi dirinya sendiri. “Saya datang ke sini bukan untuk lari, tapi untuk hidup,” tegasnya.
Chris pun mengakui bahwa ia tidak merindukan Italia sama sekali. Bahkan kunjungan ke negara asalnya terasa seperti kewajiban, bukan kerinduan. Ketika ditanya apa yang keluarganya lihat berubah darinya setelah pindah ke Indonesia, jawabannya menyentuh: “Mereka bilang saya kelihatan jauh lebih bahagia.”
Bagi Chris, Indonesia bukan hanya tentang ukuran pasar, tapi juga tentang kualitas hidup—tempat di mana kebahagiaan lebih penting daripada gengsi, dan kehidupan sosial lebih hangat daripada formalitas.
“Orang menyangka saya gila karena menolak hidup di Eropa atau Australia. Tapi saya tahu persis kenapa saya tetap di sini. Saya menemukan segalanya di Indonesia.”