Cerita Lucu dan Haru di Balik Mualaf Tionghoa: Dari Tato Sampai Sunat Gratis

Kalau kamu pikir perjalanan jadi mualaf itu selalu serius, penuh air mata, dan berat… ya, nggak salah sih. Tapi tunggu dulu. Setelah dengerin cerita Koh Dondy Tan di podcast CERITAUNTUNGS bareng Ari Untung, kamu bakal tahu sisi lain dari perjalanan spiritual ini: ada tawa, ada drama, dan tentu saja ada haru yang bikin hati hangat.
Koh Dondy, mualaf keturunan Tionghoa yang kini aktif berdakwah dan membina para mualaf, buka-bukaan soal kisah-kisah lucu dan menyentuh dari orang-orang yang datang ke tempatnya. Mulai dari yang diam-diam konsultasi soal Islam, datang berulang kali kayak “rawat jalan”, sampai yang syahadat langsung setelah 2–3 jam ngobrol.
“Yang konsultasi kadang datang lima kali baru syahadat,” cerita Koh Dondy. Tapi lucunya, ada juga yang datang sekali, ngobrol sebentar, langsung mantap masuk Islam. Tapi yang bikin haru, banyak dari mereka yang gak mau dipublikasikan karena takut keluarga tahu. “Kita maklum banget. Intimidasi itu nyata, walau kadang nggak fisik—dijauhi, dikucilkan, atau kehilangan pekerjaan,” ujarnya.
Yang bikin tambah salut, Koh Dondy dan timnya nggak cuma berdakwah lewat kata-kata. Mereka siap tampung siapa pun yang serius mau masuk Islam tapi menghadapi kendala. “Lu diusir, kasih tahu gua. Gua tampung. Butuh kerjaan, gua cariin. Punya tato banyak? Gua hapusin. Sampai begitu,” ucapnya santai, tapi serius.
Iya, tato! Banyak mualaf yang datang dengan tubuh penuh tato. Alih-alih dihakimi, mereka malah dikasih solusi. Bahkan soal sunat pun diurusin. “Kalau belum sunat, tinggal janjian. Bisa kirim dokter ke rumah. Kalau rumah nggak aman, bisa ke klinik yang kita kerja sama, semua gratis,” katanya.
Dan yang bikin makin kagum, semua ini dijalankan lewat yayasan yang didanai dari donasi penonton channel YouTube mereka. Dari situ bisa kelihatan: ini bukan gerakan biasa. Ini gerakan dengan hati.
Ada satu cerita yang bikin senyum: seorang ibu-ibu datang ke studio Koh Dondy bawa kantong plastik. “Gua kira isinya kue,” katanya. Ternyata, isinya uang tunai 150 juta rupiah. Donasi buat dakwah. Dan bukan cuma itu, ada juga donatur lain yang bilang, “Gua mah tahunya lu yang sadatin orang, gua yang punya rumah di surga.” Kocak tapi dalem, ya?
Uniknya lagi, banyak dari mualaf Tionghoa yang masuk Islam justru langsung ‘ngegas’. Semangat mereka luar biasa. “Kayak Koko Felix, Koh Hanny, semuanya ngegas. Yang nyantai mah paling Koko Denis Lim,” ujar Dondy sambil ketawa. “Bayangin, masuk Islam belum lama, tapi dakwahnya udah keliling, ngajak diskusi, bahkan ngafalin kitab-kitab.”
Buat yang belum tahu, Koh Dondy juga terlibat dalam mendatangkan Dr. Zakir Naik ke Indonesia. Dan semua disiapkan dengan niat ikhlas. Bahkan Zakir Naik sendiri nggak mau dibayar, malah keluar duit 6 miliar dari kantong pribadi buat biaya kru, kamera, dan transportasi selama di Indonesia. Semua demi dakwah. Gratis, tanpa tiket. “Yang penting, orang-orang bisa hadir, dengar langsung, dan siapa tahu dapat hidayah,” kata Dondy.
Jadi, dari cerita-cerita ini kita belajar bahwa dakwah bukan cuma soal ceramah di mimbar. Tapi juga soal kesiapan membantu, mendengar, dan memfasilitasi—bahkan sampai urusan sunat gratis dan sajadah pertama.
Karena kadang, hidayah datang dengan cara yang paling sederhana… dan butuh tangan-tangan yang siap menyambutnya.
Konversi Video Jadi Tulisan Menarik
Oleh Ahsantany, Pengelola Ahsantaweb.com.
Bagi rekan-rekan yang ingin videonya diubah menjadi tulisan menarik dan enak dibaca—baik untuk artikel, blog, atau media sosial—kami siap membantu.
Hubungi via WhatsApp