Tanpa Dibayar, Ustadz Zakir Naik Rogoh 6 Miliar Demi Dakwah di Indonesia

Jakarta — Nama Dr. Zakir Naik bukan asing di telinga umat Islam dunia. Dai internasional asal India itu dikenal luas karena ceramah-ceramahnya yang lugas, ilmiah, dan seringkali menyentuh hati—terutama bagi para pencari kebenaran. Tapi siapa sangka, untuk dakwahnya di Indonesia bulan Juli ini, beliau datang tanpa bayaran sepeser pun. Bahkan, biaya yang ia keluarkan sendiri diperkirakan mencapai Rp6 miliar.
Fakta ini diungkap langsung oleh Koh Dondy Tan, mualaf keturunan Tionghoa yang kini aktif dalam kegiatan dakwah dan pembinaan mualaf. Dalam podcast @CERITAUNTUNGS bersama host Ari Untung, Koh Dondy membongkar bagaimana Ust Zakir Naik berjuang sendiri secara logistik, dari tiket, kru, hingga perlengkapan teknis.
“Beliau bawa 35 orang kru, 12 kamera broadcast, dan semua dibayarin sendiri. Overweight bagasi aja sampai 1,5 ton,” ungkap Dondy dengan mata berbinar.
Acara ceramah akbar ini rencananya digelar di beberapa kota: Malang (10 Juli), Bandung (12–13 Juli), dan Jakarta (19–20 Juli). Target audiens? Tak main-main: 50.000–100.000 orang di tiap kota! Bahkan, acara ini direkam untuk tayangan Peace TV, yang menjangkau hingga 300 juta pemirsa global.
Namun di balik kemegahan rencana ini, ternyata banyak tantangan. Venue utama seperti Jakarta International Stadium (JIS) harus dibatalkan karena teknis rumput lapangan tak bisa digunakan. Lokasi alternatif seperti Lapangan Aldiron Pancoran jadi opsi realistis.
Lebih mengejutkan lagi, acara ini tidak memungut biaya tiket. Bahkan ustadz Zakir Naik mewanti-wanti agar semua peserta bisa datang gratis. Lalu dananya dari mana? Di sinilah perjuangan Koh Dondy dan tim dimulai.
“Saya keliling cari sponsor, donatur. Ada ibu-ibu datang ke studio, bawa kantong plastik, isinya 150 juta. Ada juga yang nyumbang 100 juta. Mereka percaya, ini bukan sekadar acara, ini ladang pahala,” ujar Dondy.
Bagi Dondy, dakwah bukan sekadar ceramah. Ia dan timnya juga siap menampung para mualaf baru. “Kalau diusir keluarganya, hubungi saya. Saya siap tampung, siapin kerjaan, bahkan hapusin tato kalau perlu,” katanya tegas. Ia juga menyebut 80–90% dari orang yang konsultasi ke tempatnya akhirnya bersyahadat—sebagian besar dengan tenang, tanpa publikasi.
Yang paling menarik, Ustadz Zakir Naik tidak menjadikan Indonesia sebagai negara pilihan utama untuk tinggal. Bukan karena jumlah Muslimnya sedikit—justru sebaliknya—tapi karena belum ada jaminan keamanan dan stabilitas dakwah jangka panjang.
Namun semangat tidak surut. Ustadz Zakir Naik tetap datang, tetap berdakwah, tetap membiayai sendiri seluruh kegiatan. “Beliau bangun istana di surga,” kata Dondy. “Saya cuma pengin kecipratan terasnya.”
Konversi Video Jadi Tulisan Menarik
Oleh Ahsantany, Pengelola Ahsantaweb.com.
Bagi rekan-rekan yang ingin videonya diubah menjadi tulisan menarik dan enak dibaca—baik untuk artikel, blog, atau media sosial—kami siap membantu.
Hubungi via WhatsApp